Powered By Blogger

Minggu, 24 April 2011

RESUME PENGEMBANGAN KURIKULUM

TUGAS RESUME BUKU ASAS-ASAS KURIKULUM
(Prof. Dr. S. Nasution, M.A)
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas UTS mata kuliah Pengembangan Kurikulum

Dosen Pembingbing
Rosid Sutardi, S.Pd,MM

Disusun Oleh:
Nama : Rahmat Siregar
Semester : VI (enam)
Parodi : MPI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MUHAMMADIYAH- GARUT 2011

BAB I
PENGERTIAN DAN ASAS-ASAS
KURIKULUM

Kurikulum adalah sesuatu yang direncanakan sebagai peganggan guna mencapai tujuan pendidikan. Berbagai tafsiran tentang kurikulum dapat kita tinjau dari segi lain, sehingga diperoleh penggolongan sebagai berikut:
• Kurikulum dapat dilihat sebagai produk
• Kurikulum dapat dilihat sebagai program
• Kurikulum dapat dilihat sebagai hal-hal yang diharapkan akan dipelajari siswa
• Kurikulum sebagai pengalaman siswa
Asas-asas yang mendasari kurkulum antara lain:
• Asas fisiologis, yang berkenaan dengan tujuan pendidikan yang sesuai dengan filsafat negara
• Asas psikologis, yang memperhitungkan faktor anak dalam kurikulum
• Asas sosiologis, yaitu keadaan masyarakat, perkembangan dan perubahannya, kebudayaan manusia, hasil kerja manusia berupa pengetahuan, dll
• Asas organisatoris, yang mempertimbangkan bentuk dan organisasi bahan pelajaran yang disajikan
Kurikulum senantiasa harus diubah karena perubahan masyarakat akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perubahan kurikulum berjalan continue kalau tidak mau ketinggalan zaman. Karena adanya macam-macam definisi, guru harus menentukan tafsirannya sendiri. Pilihannya tersebut akan mempengaruhi konsepsinya tentang tugasnya sebagai pendidik. Guru dapat menganut kurikulum tradisional dan progresif. Kurikulum tradisional menerima kenyataan dalam masyarakat sebagaimana adanya, sedangkan kurikulum progresif berusaha untuk mengubah lingkungan untuk membentuk dunia yang lebih baik.

BAB II
ASAS-ASAS FILOSOFIS

Definisi filsafat ada bermacam-macam, antara lain: filsafat adalah cara berfikir yang sedalam-dalamnya, yaitu sampai akarnya tentang hakikat sesuatu; filsafat ilmu adalah ilmu yang mencari kebenaran sampai akar-akarnya jadi suatu kegiatan intelektual; filsafat ilmu adalah sesuatu yang menunjukkan suatu sistem yang dapat menentukana arah hidup dan serta menggambarkan nilai-nilai apa yang paling dihargai dalam hidup seseorang. Aliran filsafat yang mendasari pengembangan kurikulum , yaitu :
a. Aliran Perennialisme yang bertujuan mengembangkan kemampuan intelektual anak melalui pengetahuan yang abadi, universal, dan absolut. Kurikulum dalam pandangan aliran filsafat ini memberi persiapan yang sangat matang bagi kelanjutan studi ke jenjang yang lebih tinggi.
b. Aliran Idealisme, yang berpendapat bahwa kebenaran itu berasal dari Tuhan yang diterima melalui wahyu. Filsafat ini biasanya diterapkan pada sekolah-sekolah yang berorientasi religius tapi pendidikan intelektual juga diutamakan dengan menganut standar mutu yang tinggi.
c. Aliran Realisme mengutamakan pengetahuan esensial, mencari kebenaran di dunia melalui pengamatan dan penelitian ilmiah yang ditemukan melalui hukum-hukum alam. Sekolah yang menganut aliran ini akan mengutamakan pengetahuan yang sudah matang sebagai hasil penelitian ilmiah yang dituangkan secara sistematis dalam berbagai disiplin ilmu/mata pelajaran.
d. Aliran Pragmatisme, yang berpendapat bahwa kebenaran merupakan buatan manusia berdasarkan pengalamannya. Tidak ada kebenaran yang bersifat mutlak karena kebenaran bersifat tentative dan dapat berubah. Pengetahuan hanya bisa diperoleh bukan dari mempelajari mata pelajaran namun karena digunakan secara fungsional dalam memecahkan masalah. Sekolah berada pada garis depan pembangunan dan perubahan masyarakat sehingga perencanaan kurikulum juga melibatkan peran orangtua dan masyarakat untuk memadukan sumber-sumber pendidikan.
e. Aliran Eksistensialisme, mengutamakan individu sebagai faktor dalam menentukan hal terbaik dan dianggap benar, tujuan hidup adalah untuk menyempurnakan diri dan merealisasikan diri.
Tujuan pendidikan yang ingin dicapai suatu bangsa ditentukan oleh filsafat yang dianutnya. Untuk itu, tujuan pendidikan di Indonesia berdasarkan pada falsafah negara yaitu Pancasila yang dijiwai oleh UUD 1945 dan GBHN. Tujuan pendidikan masih bersifat sangat umum, untuk itu perlu diuraikan menjadi tujuan institusional, tujuan kurikuler, tujuan instruksional umum dan khusus. Untuk membentuk manusia seutuhnya harus diperhatikan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik dalam segala tingkatannya. Tujuan pendidikan juga dibahas lebih banyak lagi oleh ahli-ahli seperti Benjamin Bloom, Hilda Taba, dan Herbert Spencer.

BAB III
ASAS PSIKOLOGIS KURIKULUM
DAN PSIKOLOGIS BELAJAR

Secara tradisional belajar adalah menambah pengetahuan, yang diutamakan adalah aspek intelektual. Belajar juga dapat diartikan sebagai perubahan kelakuan seseorang sebagai akibat pengaruh usaha pendidikan. Dalam proses belajar-mengajar tentu ada teori-teori yang mendasari, seperti teori ilmu jiwa daya/ mental-disipline, ilmu jiwa asosiasi, dan teori S-R. Tiap teori tentu ada kelebihan dan kekurangannya, oleh karena itu belum ada teori belajar yang pasti, semua saling melengkapi.
Pada bab ini banyak dibahas tentang teori asosiasi yang dikembangkan oleh Skinner (belajar berprogama dan “teaching machines”); teori Gestalt yang mengutamakan prinsip keseluruhan, insight, masalah, tujuan, pengalaman, dan minat; teori apersepsi Herbart; psikologi kognitif Jerome Brunner; prinsip-prinsip umum menurut Hilgart; dan teori belajar yang berpengaruh pada kurikulum. Teori belajar juga mempengaruhi proses dan kegiatan mengajar-belajar, hanya saja belum ada teori belajar yang pasti sehingga belum dapat disusun suatu ilmu mengajar atau “science of teaching” yang dapat meramalkan dengan pasti hasil suatu kegiatan mengajar.

BAB IV
ASAS PSIKOLOGIS ANAK

Fungsi sekolah ialah menyampaikan kebudayaan kepada generasi muda demi kelanjutan bangsa dan negara, memberi sumbangan kepada perbaikan dan pembangunan masyarakat, dan mengembangkan pribadi anak seutuhnya.
Tokoh pertama yang membuka mata dunia untuk melihat dan memperlakukan anak sebagai anak, bahwa anak itu lain daripada yang lain, daripada orang dewasa, namun manusia penuh sebagai individu ialah J.J. Rousseau (1712-1778). Rousseau mengatakan bahwa segala sesuatu yang datang dari Tuhan adalah baik, akan tetapi dapat menjadi rusak dalam tangan manusia yang dipengaruhi kebudayaaan. Ia menganjurkan agar anak diberi kesempatan untuk berkembang menurut kodrat alam masing-masing. Ki Hajar Dewantara menyatakan sebagai Tut Wuri Handayani.
Perkembangan anak-fisik, emosional, sosial, dan mental, intelektual-faktor yang sangat penting untuk diperhitungan dalam pengembangan kurikulum. Tiap anak unik, mempunyai ciri-ciri tersendiri, lain daripada yang lain. Kurikulum hendaknya memperhitungkan keunikan anak agar ia sedapat mungkin dapat berkembang sesuai dengan bakatnya. Kurikulum yang semata-mata didasarkan atas kebutuhan dan minat anak yakni child-centered curriculum dikatakan ekstrem karena anak selalu berada dalam masyarakatnya dan tak dapat melepaskan diri dari tuntutan masyarakat.
Kebutuhan anak juga dijelaskan oleh beberapa tokoh seperti Abraham Maslow, Louis Raths, dan Earl Kelly yang mempunyai pandangan tertentu. Robert Havighurst mempertemukan perkembangan individu dengan tuntutan atau harapan masyarakat dalam konsep “development task”. Jean Piaget mengadakan studi mendalam tentang perkembangan intelektual anak. Lawrence Kohlberg menggunakan pola Piaget untuk mempelajari perkembangan anak.

BAB V
PROSES
PERUBAHAN DAN PERBAIKAN KURIKULUM

Kurikulum yang ada bisa saja mengalami perubahan, pada bab ini akan dibahas tentang perubahan kurikulum dan perbaikannya. Perubahan tidak selalu menuju perbaikan, perbaikan yang ada selalu terkait dengan penilaian. Perubahan kurikulum terjadi dalam tiga fase, yaitu fase inisiasi, fase legitimasi, dan fase kongruensi. Perubahan kurikulum tidak dapat dilaksanakan tanpa perubahan pada guru sendiri. Guru cenderung konservatif, sebab tugasnya untuk melestarikan kebudayaan dengan menyampaikannya kepada generasi muda. Orang yang berperan sebagai pengubah kurikulum harus dapat bekerja sama, harus dapat mempengaruhi orang dan memberi inspirasi.
Tingkat perubahan kurikulum dapat kecil dan sangat terbatas, dapat pula luas dan mendasar. Perubahan itu dapat berupa: subsitusi, alterasi, variasi, restrukturisasi, dan orientasi mereka lazimnya berpikir dan berbuat, selain dengan kebudayaan masyarakat. Beberapa petunjuk tentang proses perubahan kurikulum, proses perbaikan kurikulum, langkah-langkah dalam mengembangkan kurikulum di sekolah, partisipasi dari pihak-pihak yang terkait, dan strategi kepemimpinan dalam perubahan kurikulum juga dijelaskan secara rinci dalam bab ini.

BAB VI
KURIKULUM DAN MASYARAKAT

Perubahan dalam masyarakat akhir-akhir ini sangat cepat, sehingga sering sekolah tidak sanggup mengikuti jejak kemajuan masyarakat. Akibatnya sekolah semakin ketinggalan jauh dan di cap konservatif, tradisional. Sekolah tidak dapat bergerak secepat masyarakat, dan sering sekolah berepegang teguh pada mata pelajaran yang memang fungsional, akan tetapi dalam masa modern ini sudah tidak lagi memenuhi tuntutan zaman.
Salah satu ciri masyarakat ialah perubahan yang cepat akibat perkembangan ilmu pengetahuan yang diterapkan dalam teknologi yang sering tidak dapat diramalkan akibatnya. Perubahan-perubahan yang hebat dan cepat dalam masyarakat memberikan tugas yang lebih luas dan berat kepada sekolah. Perubahan masyarakat mengharuskan kurikulum senantiasa ditinjau kembali, karena kurikulum yang baik pada masa ini tidak lagi sesuai dengan keadaan yang terus berubah. Dalam masyarakat yang sederhana, anak-anak banyak mempelajari hal-hal yang diperlukannya sebagai orang dewasa dalam masyarakat itu sendiri secara formal. Dalam masa modern tugas pendidikan untuk mempersiapkan anak agar dapat berdiri sendiri yang dibebankan kepada sekolah.
Kurikulum begantung pada fungsi sekolah dalam masyarakat, yaitu apakah untuk mengawetkan kebudayaan dengan menyampaikannya kepada generasi muda, mengubah masyarakat, ataukah mengembangkan individu. Ketiga fungsi itu sebenarnya tidak perlu dipermasalahkan, akan tetapi dapat dipertemukan untuk dapat saling melengkapi.
Sekolah tidak boleh berdiri terpisah dari masyarakat, berbagai cara dapat dilakukan untuk membawa sekolah ke masyarakat dan sebaliknya. Itu sebabnya harus ada kerjasama yang erat antara badan-badan masyarakat, supaya di luar sekolah dan keluarga anak-anak senantiasa mendapatkan pengaruh yang baik. Itu pula sebabnya maka sekolah melakukan pendekatan-pendekatan pada perkumpulan-perkumpulan pemuda dan usaha-usaha pemuda anak anak-anak di luar sekolah dan memandangnya sebagai bagian dari kurikulum. Agar lingkungan dapat menjadi sumber dan laboratorium pelajaran, guru sendiri harus lebih dahulu menyelidiki lingkungan sekolah.


BAB VII
ORGANISASI KURIKULUM

Organisasi kurikulum yaitu pola atau bentuk bahan pelajaran disusun dan disampaikan kepada murid-murid, merupakan dasar yang penting sekali dalam pembinaan kurikulum dan bertalian erat dengan tujuan program pendidikan yang hendak dicapai, karena bentuk kurikulum turut menentukan bahan pelajaran, urutannya dan cara menyajikannya kepada murid-murid. Organisasi kurikulum menentukan bahan pelajaran, urutannya, dan cara menyajikannya. Bentuk kurikulum yang lebih tua dari yang lain ialah subject curriculum yang berpusat pada mata pelajaran yang tersendiri. Sebagai reaksi terhadap apa yang dianggap kekurangan-kekurangan kurikulum ini timbul organisasi kurikulum yang lain seperti correlated curriculum dan integrated curriculum. Integrated curriculum dapat berbentuk activity curriculum, project curriculum atau experience curriculum, life curriculum, atau core curriculum.
Manfaat separate-subject curriculum antara lain: bahan pelajaran dapat disajikan secara logis dan sistematik, organisasi kurikulum ini sederhana, mudah direncanakan dan dilaksanakan, kurikulum ini mudah dinilai, kurikulum ini juga dipakai di pendidikan tinggi, kurikulum ini telah dipakai berabad-abad lamanya dan sudah menjadi tradisi, kurikulum ini lebih memudahkan guru, kurikulum ini mudah diubah, dan untuk menafsirkan pengalaman.
Kelemahan-kelemahan kurikulum separate-subject curriculum adalah: kurikulum ini memberikan mata pelajaran yang lepas-lepas, yang tidak berhubungan satu sama lain, kurikulum ini tidak memperhatikan masalah-masalah sosial yang dihadapi anak-anak dalam kehidupannya sehari-hari, kurikulum ini menyampaikan pengalaman umat manuusia yang lampau dalam bentuk yang sistematis dan logis, tujuan kurikulum ini terlampau terbatas, kurikulum ini kurang mengembangkan kemampuan berfikir, dan kurikulum ini cenderung menjadi statis dan ketinggalan zaman. Setiap bentuk kurikulum mempunyai kelebihan dan kekurangan. Bentuk kurikulum yang lebih baru yaitu correlated curriculum dan integrated curriculum. Kurikulum tersebut tentu juga mempunyai kelebihan dan kekurangan tersendiri.

BAB VIII
MENENTUKAN SCOPE DAN SEQUENCE
DALAM PEMBINAAN KURIKULUM

Scope dalam hal ini berarti menentukan apa yang harus diajarkan, luas atau ruang lingkup hal-hal yang akan diajarkan (bahan pelajaran). Hal-hal yang sering ditemui saat menentukan scope adalah: cepatnya perkembangan dan pertambahan pengetahuan, tidak adanya kriteria yang pasti mengenai bahan pelajaran yang harus diberikan, serta tidak memadainya mata pelajaran tradisional. Bahan pelajaran terdiri dari pengetahuan, nilai-nilai, dan ketrampilan. Untuk menentukan bahan pelajaran, harus dilakukan penetapan pilihan atau seleksi mengingat luasnya bahan mentah yang tersedia, terbatasnya waktu belajar serta keterbatasan kemampuan anak.
Kriteria yang dapat digunakan dalam menentukan bahan pelajaran adalah : tujuan, nilai sebagai warisan, penguasaan disiplin, nilainya bagi kehidupan masyarakat, serta kebutuhan dan minat anak. Bahan pelajaran yang akan dibuat harus mencakup pengetahuan dan ketrampilan mental. Prosedur penentuan bahan pelajaran antara lain: prosedur menerima otoritas para ahli, prosedur ekperimental, prosedur alamiah/ analitis, prosedur konsensus, dan prosedur-prosedur lainnya.
Sequence dalam pembinaan kurikulum dimaksudkan sebagai rentetan pengalaman belajar saat pelajaran tersebut harus disampaikan. Penentuan sequence dapat menggunakan dua pendekatan yaitu menyesuaiakan bahan dengan anak atau menyesuaikan anak dengan bahan. Faktor-faktor dalam menentukan sequence meliputi : tingkat kesulitan bahan pelajaran, apersepsi atau pengalaman yang telah ada/dimiliki anak, tingkat kematangan anak, usia mental anak, serta minat anak. Sequence tidak hanya mengenai bahan-bahan pelajaran namun bisa juga menyangkut proses belajar, yaitu mengenai bagaimana langkah-langkah yang harus dilakukan dalam rangka mengembangkan konsep-konsep, sikap dan kesanggupan berpikir pada anak.

BAB IX
MENGUBAH KURIKULUM

Kurikulum berubah jika satu atau beberapa asas kurikulum berubah, yang nantinya perubahan tersebut membawa perubahan yang menyeluruh. Perbaikan kurikulum biasanya hanya mengenai satu atau beberapa aspek dari kurikulum. Mengubah kurikulum sering berarti turut mengubah manusia, yaitu guru, pembina pendidikan, dan para pengasuh pendidikan. Perubahan kurikulum juga disebut pembaruan atau inovasi. Untuk menilai kurikulum harus dinilai komponen-komponennya yang terdiri dari: tujuan, bahan pelajaran, pengalaman dan kegiatan belajar, organisasi kurikulum, dan cara-cara evaluasi hasil belajar.
Mengubah kurikulum banyak menemui rintangan karena melibatkan banyak manusia yang terikat oleh tradisi dan juga mempunyai vested interest . Dikatakan bahwa perubahan kurikulum berarti perubahan sosial. Pada umumnya ada dua prosedur utama dalam perubahan kurikulum, yaitu administrative approach dan grass roots approach. Tiap pendekatan mempunyai kebaikan dan kekuranngannya. Administrative approach didukung oleh seluruh aparatur pendidikan, biaya yang cukup, mengerahkan setiap tenaga ahli yang diperlukan, dan seagainya. Dalam grass roots approach tidak ada koordinasi, karena bersifat sendiri-sendiri.
Beberapa cara yang khusus dalam perubahan kurikulum secara praktis ialah pilot project, membina kader, memanfaatkan guru yang telah menguasai cara baru, menyediakan alat pengajaran, memperbarui buku pelajaran, kerja sama antara sekolah dan universitas, pembaharuan kurikulum pendidikan guru, mendemonstrasikan suatu pembaharuan, dan memulai pembaharuan dengan satuan pelajaran.
Setiap kurikulum mempunyai keempat komponen berikut: tujuan, pengetahuan, kegiatan dan pengalaman belajar, serta penilaian yang semua komponen tersebut saling melengkapi. Dalam pembaharuan kurikulum hendaknya dapat memanfaatkan kalebihan bentuk kurikulum yang lainnya.


BAB X
PENUTUP

Dalam bab penutup ini diungkapkan mengenai aspek kurikulum untuk dapat mengadakan perbaikan. Adapun saran yang bisa disampaikan untuk perbaikan kurikulm antara lain: kurikulum perlu ada pertalian yang erat dengan mata pelajaran-mata pelajaran, kurikulum harus flexibel, kurikulum disusun bersama oleh para guru, anak-anak diajak turut serta menentukan tentang apa yang ingin dipelajari, kurikulum sebaiknya mencakup semua pengalaman anak dalam lingkup sekolah, kurikulum dipusatkan pada masalah sosial dan pribadi anak dalam kehidupan sehari-hari, kurikulum dapat mewujudkan cita-cita nasional, kurikulum memberikan pengalaman kepada anak secara luas dan berarti, kurikulum harus diorganisasikan sehingga anak-anak mempelajari teknik belajar, dan kurikulum membuka kesempatan pada anak untuk mengembangkan bakatnya.
Pembinaan kurikulum adalah usaha dinamis yang tak boleh berhenti jika ingin mengikuti perkembangan zaman. Dengan adanya perkembangan dan kemajuan zaman tentu kurikulum juga mengalami perkembangan, kurikulum tradisional beralih menjadi kurikulum modern sesuai dengan asas-asas yang ada.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar